Berusaha untuk terus melangkah

Dalam kehidupanku saat ini, banyak sekali halangan yang datang menghadang…
Beberapa kali aku berusaha, tapi tetap terjatuh juga… Impian yang selama ini aku impikan, lama-lama hilang sedikit demi sedikit…
Aku merasa putus asa. Dalam keputus asaanku itu, impian yang tadinya aku puja-puja.. kini berubah menjadi benci. Dan ini berlangsung sedikit lama, hingga pada suatu saat… Entah kenapa tiba-tiba aku bicara kepada temanku.

“Eh, kamu pernah gak punya suatu keinginan tapi susah sekali terwujudkan?”

Mungkin saat itu temanku sedikit bingung karena tiba-tiba tanpa rambu-rambu, aku mengubah topik pembicaraan kami begitu saja. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya dia angkat bicara.
“Mmm.. pernah sih… tapi mungkin waktu itu aku terlalu serakah.”

“eh? maksudnya?”

“Waktu itu aku punya sebuah keinginan yang benar-benar aku inginkan, tapi aku juga punya keinginan-keinginan yang lain.. dan aku jadi tidak bisa fokus dengan keinginanku yang sebenarnya. Sehingga, tidak ada satu keinginan pun yang terwujud. Yah.. seperti inilah jadinya… hahahaha…”

Mendengar dia bicara begitu, aku jadi terdiam. Ketika dia melihatku terdiam, dia melanjutkan bicaranya.

“Kalau dipikir-pikir, sekarang aku baru tahu setelah baca status Marioteguh beberapa waktu lalu. Benar juga katanya, saat itu aku tidak fokus pada keinginan yang benar-benar aku inginkan.. sehingga semua tidak bisa terwujudkan. Ternyata, kalau kita menginginkan sesuatu, kita harus benar-benar fokus  tertuju pada yang benar-benar kita inginkan. Dan itu juga tidak luput dari usaha dan doa yang secara terus-menerus kita lakukan. Itu tidak akan bisa manjur kalau kita melakukan salah satunya saja. Selain itu, dengan gangguan banyaknya keinginan yang lain, itu juga akan menjadi penghalang untuk mewujudkan keinginan yang sesungguhnya. Kalau diambil gampangannya yah mungkin seperti ini… Kalau cuma ada satu barang yang kita inginkan, maka dengan mudahnya kita bisa membeli barang itu. Beda cerita kalau kita punya banyak barang yang kita inginkan padahal, kita cuma punya uang yang hanya cukup untuk membeli 1 barang saja. Kalau seperti itu, maka akan susah kan untuk memutuskan barang mana yang harus kita beli duluan? Jadi ya, saranku tetap pegang teguh aja apa yang benar-benar kamu inginkan.”

Sejak saat itu, sesampainya di rumah… Aku terus merenungkannya..

Benar juga kata temanku, aku ini serakah, apa-apa diinginkan.. sehingga aku pun jadi tidak bisa fokus dengan keinginanku yang sesungguhnya. Selain itu aku juga jarang sekali berdoa~~ ORZ…

Setelah itu, aku berusaha kembali bangkit untuk mewujudkan keinginanku semula! Berusaha dan terus melangkah menuju impian! Dan untuk menuju ke sana pastinya tidak luput dengan yang namanya rintangan. Walau pun begitu aku berusaha untuk tetap semangat dan pantang menyerah! Kalau tidak untuk saat ini, maka besok. Kalau tidak besok, masih ada besoknya… Dan besoknya lagi… besoknya lagi… besoknya lagi… Dan besoknya lagi.. intinya kapan pun itu, aku akan pastikan kalau aku akan mewujudkannya! suatu saat… pasti waktu itu akan datang padaku… pasti! “FIGHTING!”

Seandainya Bertemu

Status

(Seandainya waktu itu aku jalan-jalan ke Malioboronya lebih lama… Mungkin, aku bisa bertemu dengan “oppa”~)

Itulah yang terlintas di benakku saat salah satu teman kerjaku menunjukkan sebuah artikel di koran. Artikel di koran itu berisi tentang berita seorang aktor Korea, bernama Kim hyun joong yang sedang berada di Jogja. Di hari yang sama, tanpa kuketahui ternyta Kim hyun joong juga sedang berada di tempat yang sama denganku. Yaitu Malioboro!  Keberadaannya di Jogja ini telah menggemparkan hatiku (alay). Di pagi hari berikutnya, saat ku tahu kenyataan itu, aku jadi kecewa. Aku menyesali keberadaanku yang hanya sebentar di Malioboro saat itu. Rasanya aku ingin memutar balikkan waktu, sehingga aku dapat mencari sosok oppaku itu (alay). Aarrgghh!!.. *otohkae otohkae?!! Jadi galau.

Keberadaan oppa-ku yang satu ini ternyata karena dia sedang ada syuting film terbarunya di Jogja. Selama 5 hari ini.. Aku berharap bisa sekali saja bertemu dengannya! Tapi, mungkin sudah tidak bisa lagi! (TT)/
Mungkin saja hari minggu kemarin itu adalah hari terakhirnya di Jogja. 。゜(`Д´)゜。
Tapi tapi tapi, aku masih saja tetap berharap, semoga saja kemarin bukanlah hari terakhirnya di sini. Jadi, aku masih bisa ngepoin dia dan mendatangi tempat yang mau dikunjunginya (ngarep).
Aduuuuhhhh… Galau!!

*Gimana (nih) gimana?!!

Kebodohanku

Berawal dari ucapan “tolong dong, nanti kalau ada info lowongan di bidang bakery, aku dikasih tahu ya?” akhirnya temanku pun ikut membantuku mencari. Kira-kira kurang lebih satu bulan kemudian, temanku menginformasikan sebuah lowongan kepadaku. Tapi, sayangnya itu bukan dibidang bakery, melainkan masak memasak.

Sejak awal, sebenernya aku gak tertarik dengan itu. Aku sempat mengabaikannya selama hampir dua minggu. Dan aku pikir, mungkin lowongan itu udah kadaluarsa. Tapi, pemikiranku itu terpatahkan oleh sebuah sms yang masuk ke HP-ku. Sms itu berisikan sebuah pesan mengejutkan dari temanku. Inti pesan itu kurang lebih seperti berikut “chan, gmn? udah jd ke sana blm? tadi ditanyain sm tmnku yg krj di sana.” setelah baca, aku jadi kepikiran terus. Karena aku gak enak hati sama teman, akhirnya kemarin aku putuskan untuk mencoba memasukkan lamaran di resto itu. Eh… Ternyata, pada hari yang sama, aku mendapatkan panggilan wawancara di resto itu.

Malam hari sekitar pukul 06:30, aku pergi ke sana. Aku pikir tidak ada salahnya aku coba dulu. Kan tadi siang, saat aku mengantar surat lamaran, lingkungannya lumayan bagus. Selama di jalan, aku membayangkan semua hal-hal positif saat nanti aku bekerja di sana. Lingkungan kerja yang ramah, tempat kerja yang bersih dan nyaman, yah intinya semua hal yang baik-baik lah. Tapi, begitu aku sampai di sana pada malam hari, semua yang aku lihat tadi siang jadi berubah derastis. Lingkungan di sekitar restoran itu jadi menyeramkan, sepi sekali. Pokoknya kita wajib waspada lah, kalau berada di sana malam-malam. Aku jadi sedikit berpikir untuk tidak jadi bekerja di sana, waktu melihat keadaan di sekitar restoran itu. Secara perlahan aku berjalan memasuki restoran. Mmm… tempat parkirnya gelap sekali, gak ada lampu. Ditambah lagi ada pohon besar di sebelah kanan. Hiiii… Karena gelap dan merasa sedikit takut, aku sedikit mempercepat langkahku. Begitu aku memasuki restoran itu… Wow! lumayan bagus, nuansa jaman jadul.. Aku pun sedikit memperlambat langkahku. Dan begitu sampai di depan meja kasir, aku bertanya kepada salah satu pegawai di sana “Mas, hari ini saya mendapat panggilan wawancara di sini…” belum selesai aku bicara, pegawai restoran itu menyuruhku untuk menunggu dan dia segera pergi memanggil seseorang. Karena tidak ada tempat duduk untuk menunggu, akhirnya aku menunggu dengan berdiri di depan meja kasir. Saat itu, semua waiter yang ada di sana melihat ke arahku. Lalu tak lama kemudian, semua pegawai yang berada di dalam dapur, satu per satu keluar secara bergantian untuk melihatku. Kadang ada beberapa koki yang melongokan kepalanya ke luar jendela atau pun mengintip. Selama menunggu, aku merasa tidak nyaman dengan hal yang seperti itu. Apa lagi, pegawai laki-laki sepertinya lebih dominan di sana. Tak lama kemudian petugas kasir yang tadi pun kembali. Dia menyuruhku untuk menunggu di depan dapur. Aku perlahan berjalan menuju ke depan dapur, yang jaraknya tak begitu jauh dari meja kasir. Eh?! ternyata ada kursi to, di sebelah sini. Karena gelap, aku sampai tidak bisa melihat kursi yang jaraknya tidak begitu jauh tadi. Ketika aku berjalan semakin dekat dengan dapur, tak sengaja aku melihat keadaan di dalam dapur itu. What?!!! ini dapur bukan sih? itu adalah kalimat pertama yang muncul di pikiranku. Seumur-umur, aku belum pernah melihat keadaan dapur yang seperti itu. Walau pun aku pernah bekerja di dapur yang jorok, tapi tidak seperti…… yah~ Sejak melihat itu, aku sudah tidak berminat lagi kerja di sana. Ok lah, dapur memang tempat orang memasak, ada beberapa kotoran di sana sini, dan panas. Tapi, yang ini plisss deh….

Wawancara pun dimulai. Aku pikir hanya seorang bapak-bapak saja yang mewawancaraiku. Tapi, tak lama setelah kami duduk, munculah dua orang wanita. Wanita pertama masih terlihat muda, pawakannya seperti mahasiswi. Wanita ke dua adalah seorang bule yang umurnya sekitar 40an?? Apa???! jadi, 3 lawan 1 nih? Ok! lagian aku juga udah gak minat lagi. Pertanyaan demi pertanyaan pun diajukan oleh mereka secara bergantian. Tapi, karena aku sudah tidak ada minat lagi, aku menjawabnya dengan sedikit ngawur. Dengan berharap tidak ada telepon lagi dari restoran itu, akhirnya aku pulang dengan sedikit tersenyum (sudah merasa yakin tidak akan ditelepon).

Sesampainya di rumah, aku bercerita dengan ibuku tentang wawancara di sana. Oiya, ibuku juga sedikit tidak cocok dengan lingkungan di sekitar restoran itu. Katanya, lingkungannya mengerikan. Selesai bercakap-cakap dengan ibuku, tanteku menelepon. Tak lama setelah tanteku menelepon, Daffa mengirimkan sebuah sms. Dia menyuruh ibu, untuk datang ke rumahnya. Ok, aku dan ibu, meluncur ke sana. Sesampainya di sana, aku juga bercerita tentang wawancaraku tadi sama tanteku. Eh, saat sedang bercerita, tiba-tiba HP-ku berbunyi. Sial, mereka menelponku! Mereka menyuruhku untuk datang lagi ke restoran itu besok, pada hari selasa jam 1 siang. Aku berpikir tidak mau pergi, tapi kenapa saat itu mulutku berkata lain???! Aaarrrggghhh!!! Gara-gara itulah, sekarang aku menjadi bingung mencari cara untuk menolak pekerjaan itu.

*Baka baka baka baka… itulah kata yang aku pikirkan saat itu. Tahu gini, kenapa aku memasukkan lamaran ke sana? buat apa coba?

*Bego bego bego bego…

Nihon no Tomodachi

Saki adalah salah satu temanku yang berasal dari Jepang. Karena Saki sudah pernah beberapa kali datang ke Indonesia, bahkan pernah belajar di sini selama 1 tahun, jadi dia sudah pintar berbahasa Indonesia. Bulan ini (Maret 2013) ia akan melakukan wisuda. Setelah melakukan wisuda, Saki berencana untuk bekerja di Jakarta. Pada tanggal 9 Maret 2013, Saki datang ke Jogja.

Pagi (10/03/13) jam 09.00, aku meluncur menjemput Saki. Tapi, karena aku sempat tersesat, aku baru bisa menjemputnya pada jam 09.45. Saat bertemu dengannya, Saki banyak bercerita padaku tentang wawancara kerjanya di Jakarta, beberapa hari yang lalu. Saki bilang, saat di Jakarta, dia melakukan wawancara di 3 tempat (Perusahaan Jepang, Scurity, & Restoran). Saat melakukan wawancara di perusahaan Jepang, dia merasa takut. Katanya, orang yang mewawancarainya terlalu serius. Katanya lagi, saat Saki ditanya alasan “kenapa memilih bekerja di Indonesia, bukan di Jepang?” Saki menjawab “karena saya bisa berbahasa Indonesia, saya ingin membantu banyak-banyak orang. Misal ada orang Jepang yang tidak bisa berbahasa Indonesia dan dia kesulitan, maka saya bantu.” mendengar alasan tadi, orang yang mewawancarai Saki berkata “Alasan itu tidak cukup.” saat dibilang seperti itu, Saki hanya bisa diam saja. Saki merasa sangat tegang sekali. Mendengar cerita tentang pengalaman wawancara dari Saki, aku merasa geli. Ternyata Saki itu sama saja denganku (suka nervous) saat di wawancara. Wawan cara kedua Saki, tidak begitu menegangkan. Katanya, orang Jepang yang mewawancarainya kali ini tidak seseram yang pertama. Jadi dia tidak takut. Setelah bercerita seperti itu, Saki memperlihatkanku sebuah foto. Di foto itu terlihat saki sedang berfoto bersama 4 orang laki-laki (orang Jepang). Dia bilang, ke empat orang itu akan mendirikan sebuah restoran Jepang di Jakarta pada bulan April. Jika Saki mau bekerja di restoran itu, ia akan bekerja sebagai pengajar (pembimbing) orang Indonesia yang bekerja di sana. Tapi, sebelumnya Saki harus mengikuti pelatihannya terlebih dahulu selama 1 tahun di Jepang.
Banyak sekali cerita yang aku dengar dari Saki saat itu.

Jam menunjukkan pukul 11.15. Aku dan Saki yang saat itu merasa kepanasan, memutuskan pergi dari sunmor dan segera menuju ke Galeria. Di galeria, aku menemani Saki mencari parfum dan setelahnya, Saki menemaniku mencari celana. Awalnya aku berniat mencari celana, tapi saat aku hendak memilih, tiba-tiba Saki berkata “Eeh, mau beli celana ini lagi?! Dewi chan udah punya banyak ya, di rumah… kenapa beli ini lagi? beli aja yang lain!” aku tidak menyangka Saki akan melarangku membeli celana jin, saat itu. “eh.. lalu aku harus beli apa?” ketika aku bertanya seperti itu kepada Saki, lalu ia pun menyuruhku untuk mencari sebuah rok. “Eeeeeeeeeeeehhh?????” itu lah kata pertama yang aku ucapkan saat Saki menyuruhku untuk membeli rok. Berkali-kali Saki berkata ingin melihat aku memakai rok, karena selama bertemu denganku, dia tidak pernah melihat aku memakai rok. Akhirnya, aku menyerah sama Saki. Karena aku tidak mengerti fasion, dan aku tidak pandai memilih rok seperti apa yang bagus, aku meminta Saki untuk memilihkannya. Beberapa kali aku keluar masuk kamar pas, hanya untuk mencoba rok. Saki bilang padaku, kalau aku itu lebih bagus memakai rok yang bermotif bunga. Atas dasar itulah akhirnya aku membeli rok di hari berikutnya.

Capek berkeliling mall, kami beristirahat di food court yang ada di galeria. Selain itu, kebetulan juga Saki mau bertemu dengan salah satu dosennya dulu, yang berasal dari UAD di food court itu. Ketika itu, Saki berkata padaku “Dewi chan, aku merasa *kinchou. Karena udah lama sekali aku tidak bertemu dengan ibu.” begitulah katanya. Aku hanya bisa tertawa saja, mendengarnya.

Setelah selesai bertemu dengan dosennya dulu, kami mengobrol banyak sekali di sana. Mungkin hampir 3/4 jam kami mengobrol di food court. Saat aku tanya “Saki, apa mau pulang?” Saki menggelengkan kepala sambil berkata “tidak, di sini aja. Di luar panas, jadi malas keluar. Nanti, jam 8 malam aku juga ada janji. Jadi, gak papa.” Ok, aku juga merasa malas keluar sih saat itu.. Panasnya minta ampun. Setelah beberapa menit setelah itu, Saki bilang padaku kalau dia ingin makan crap yang ada di lantai bawah. Akhirnya kami beranjak pergi ke lantai bawah untuk beli crap. Ketika itu, kebetulan di sana sedang ada penrtunjukan panggung. Anak-anak TK, sedang berunjuk gigi. Lucu-lucu sekali tingkahnya. Ada yang bernyanyi, menari dan berakting. Sambil menunggu pesanan jadi, aku dan Saki sedikit menonton pertunjukan itu. Tidak sampai 10 menit, akhirnya crap pesanan Saki selesai dibuat. Kami duduk di kursi paling pojok, di dekat pintu menuju parkiran mobil. Karena posisi kami saat itu berada dekat dengan parkiran mobil, jadi hawanya panas sekali. AC yang ada di mall, tidak bisa sampai ke sana. Argh.. panaaass!!!

Saki sibuk makan crapnya, dan aku sibuk mengipas-ngipas mukaku dengan tangan. Selesai makan, aku dan Saki mengobrol kembali. Nah, di saat aku sedang mengobrol dengan Saki, HP-ku berbunyi. Ternyata, itu adalah sms dari Ye chan. Dia bertanya, apa aku dan Saki belum pulang saat itu. Aku tahu, Ye chan ingin bergabung bersama kami. Jadi, aku mengajaknya kemari. kira-kira 45 menit kami menunggu Ye chan. Dan akhirnya, saat kami sedang melihat-lihat tas kulit, kami bertemu dengan Ye chan. Dia terlihat senang sekali saat bertemu dengan Saki. Aku juga senang bisa bertemu dengan Ye chan… Kami bertiga akhirnya berkeliling mall. Tapi, sebelumnya aku meminta mereka untuk menemaniku periksa mata di salah satu optik yang ada di dalam mall. Waktu itu, kami benar-benar sedang beruntung. Aku mendapatkan periksa mata secara geratis, lalu Ye chan dapat geratis mencucikan kaca matanya, sehingga kaca mata Ye chan terlihat seperti baru lagi. Kemudian, Saki mendapatkan kontak lens geratis! walau itu hanya bisa digunakan sehari saja. Setelah Saki selesai mengganti kontak lensnya, kami segera keluar dari optik itu untuk berkeliling lagi. Capek berkeliling, Ye chan mengajak kami makan ice cream. Sambil makan ice cream, banyak sekali cerita yang kami obrolkan. Jam 06:30 malam, Ye chan pamit pulang terlebih dahulu karena dia mau pergi ke JEC. Dia mau membeli FD di sana (di JEC ada pameran komputer). 30 menit setelah Ye chan pulang, aku dan Saki pun menyusul pulang, setelah melihat-lihat sepatu. Aku mengantarkan Saki ke kosnya yang ada di jalan Gejayan, gang kamboja no.10 Yogyakarta. Akhirnya, setelah seharian berada di mall (dari pagi-malam) kami pulang juga. Seneng sih, tapi capeeeek!

Pada tanggal 12 Maret 2013, tepat pukul 11:00 am. Aku menjemput Saki, dan mengantarnya bertemu dengan Ajeng di kosnya. Oiya, saat itu aku memakai rok karena Saki yang memintaku untuk memakainya. Sesampainya di kos Ajeng, si Ajeng menertawaiku habis-habisan gara-gara melihat penampilanku. Aku sangat malu dan merasa menyesal sekali saat pakai rok. Saki yang melihat Ajeng seperti itu, membelaku dengan berkata “Ajeng chan, kenapa tertawa! Dewi chan terlihat **kawaii yo!” walau pun saat itu Saki bicara begitu, tapi aku sama sekali tidak terbantu. Karena tetap saja aku merasa malu sekali! kalau bukan Saki yang nyuruh… Aku gak bakal pakai yang beginian! Tahan chan… Cuma sehari ini~ demi Saki yang pengen lihat aku pakai rok! begitulah pikirku. Setelah sedikit bercerita di dalam kamar Ajeng, kami memutuskan untuk pergi ke karaoke. Karena saat itu hanya ada satu motor, aku pun mengajak Fu dan Lusi. Sambil menunggu mereka berdua siap-siap, aku dan Saki makan siang terlebih dahulu. Kami makan siang di dekat kos si Ajeng. Kira-kira jam 02:30 kami berangkat ke tempat karaoke yang ada di jalan Seturan. Lagi-lagi aku ditertawakan! tadi Ajeng sekarang Lusi.. Hmmmm…. Apesnya!

Sesampainya di sana, kami berkaraoke di ruang VIP! itu pun terjadi berkat mas penjaga yang memberikan pengecualian kepada kami dan juga karena si Saki yang mau membayar lebih dari pada kami (Terima kasih ya!). Selama dua jam kami berkaraoke.Dan kini, saatnya kami keluar ruangan. Sekitar pukul 04:45 sore kami keluar dari ruang karaoke. Saki yang saat itu ada janji pada jam 05:00 sore, segera aku antar pulang ke kos. Hari itu benar-benar menyenangkan! Mungkin lain kali, aku akan mengajak main ke banyak-banyak tempat, bersama banyak teman! Oiya, Saat saki pulang ke Jepang, aku tidak bisa mengantarnya. Saat itu, aku tidak ada motor untuk pergi ke bandara, lagian kebetulan juga kaki kiriku baru saja tersengat scorpio. _| ̄|○

Sedihnya, karena tidak bisa mengantar Saki. (T^T)/
***Saki, kiotsukete! mata asobo!

* Tegang
** Manis
*** Saki, hati-hati! lain kali ayo main!

image

Solo

Solo…
Solo adalah Solo. Sebuah kota yang lumayan dekat dengan Jogja?? (-______-;)?
Mmmm… ya, pokoknya gitu deh! cari saja sendiri di google, keterangan tentang Solo.

Ok, langsung saja. Kemarin, aku dan Link diajak Emiko san pergi ke Solo. Banyak tempat yang kami kunjungi di sana. Keraton Solo, Musium Batik dan tempat pembuatannya, Belanja batik di kampung batik, ke pasar klewer (walau cuma lewat saja), alun-alun Solo, lihat kebo bule. Asik deh pokoknya. Ini bukan pertama kalinya aku dan Link pergi ke Solo. Karena di tahun lalu, kami juga diajak Emiko pergi ke Solo. Tahun lalu, kami pergi ke Candi Sukuh dan Candi Ceto.

Ngomong-ngomong, saat kami sedang melihat kebo bule, bapak tukang becak yang mengantar kami keliling kota Solo saat itu, menceritakan sebuah cerita mistis yang pernah terjadi di sana. Jadi, di sebelah kanan dan kiri kandang kebo bule, ada sebuah gerbong kereta yang sudah tidak terpakai lagi. Karena tempat itu letaknya masih di sekitar keraton, jadi tempat itu bukanlah tempat sembarangan, di mana orang bisa berbuat seenaknya sendiri. Yah, namanya juga anak muda, tahu sendiri kan apa yang dilakukan saat ada cowok dan cewek kalau sedang jatuh cinta, mojok di tempat sepi dan gelap-gelapan? Ya, mereka melakukan *#%@+-/=~❤ di dalam salah satu gerbong yang ada di sana. Setelah kejadian itu, mereka tidak ada kabarnya lagi. Keluarga mereka pun akhirnya mencari mereka kemana-mana, tapi tidak ketemu. Setelah beberapa hari berlalu, kedua remaja itu akhirnya ditemukan oleh warga sekitar di dalam gerbong. Saat ditemukan oleh warga, mereka sudah tidak bernyawa lagi. Mereka meninggal saat sedang melakukan &%#@%*+(/?!. dengan posisi yang masih saling “menempel”. Sebelum dikembalikan ke keluarganya masing-masing, warga sempat coba memisahkan mereka. Tapi, tidak bisa. Akhirnya, warga membawa mereka ke rumah sakit untuk dipisahkan. Oiya! katanya lagi, muka si cowok penuh dengan luka bekas cakaran.

Yak! sudah cukup untuk cerita mistisnya. Beranjak dari tempat kebo bule, kami pergi ke………………… (lupa nama tempatnya) ya, pokoknya ke sana lah! ke tempat yang mirip keraton Solo. Tapi, itu bukan keraton Solo lho~ Di sana tempatnya luas, dan lumayan bagus sih, menurutku. Tamannya pun tertata dengan rapi dan indah, cocok untuk bernarsis ria! Selesai keliling di sana, kami lanjut pergi ke kampung batik. Tapi, sebelum meluncur ke kampung batik, kami pergi membeli jus terlebih dahulu. Yah, maklum lah… Namanya juga kepanasan dan haus. Ok, ketika di kampung batik, aku dan Link menemani Emiko san berbelanja batik. Puas berbelanja, dengan menaiki becak, kami pun diantar kembali ke parkiran. Ternyata, tempat kami memarkirkan mobil, berdekatan dengan pasar klewer. Oh, ini to yang namanya pasar klewer. Ternyata sama aja dengan pasar bringharjo. Kenapa ya, temen-temen SMAku pada ngebet pergi ke sini? itulah pikiran yang melintas di kepalaku saat aku melewati pasar.

Next, kami pergi ke sebuah toko batik. Toko batik itu, tidak hanya menjual batik saja. Tapi, di dalamnya juga terdapat sebuah tempat khusus untuk memamerkan berbagai macam batik. Bahkan, mereka pun juga mempunyai pabrik yang lumayan besar di sana. Nah, saat kami berkunjung ke ruang pameran, ada kejadian gokil antara aku, Link dan mas pemandu. Kira-kira seperti ini kejadiannya. Mas pemandu yang saat itu bertugas memandu kami, berkata kalau dia tidak bisa berbahasa Jepang. Dia hanya bisa berbahasa Inggris. Karena Emiko san tidak bisa bahasa Inggris, jadi Emiko san meminta mas pemandu untuk menerangkan dengan bahasa Indonesia saja. “Ok, jadi saya menerangkan dengan bahasa Indonesia saja ya? dan misalkan tidak mengerti, mbak-mbaknya bisa bantu saya ya, menjelaskan dengan bahasa Jepang?” begitulah katanya. Tour keliling pameran batik pun dimulai. Mas pemandu mulai menjelaskan. Selesai menjelaskan dengan bahasa Indonesia, kami pun menjelaskan ulang kepada Emiko san dengan bahsa Jepang. Awalnya kami tidak begitu kesulitan dalam menerjemahkannya. Tapi, begitu memasuki ruangan ke dua dan selanjutnya…. kami mengalami kesulitan, sehingga terkadang aku dan Link saling melemparkan tugas menerjemahkan itu. Mas pemandu yang melihat tingkah kami pun, tertawa geli melihatnya. “Hihihihi… wah, ternyata mbaknya ini juga jago ngelawak ya? Boleh saya rekam gak? nanti mau saya upload ke youtube.” begitulah kata si mas pemandu saat itu. Selama berkeliling, mas pemandu tidak henti-hentinya tertawa. Dia juga bertanya seperti ini kepada kami “susah ya mbak? hihihi… yaudah, saya jelaskan secara pendek saja ya? biar gak kesulitan.” Mendengar si mas pemandu berkata seperti itu, kamipun sedikit lega. “Nah, gitu juga gak papa kok mas. Sebenarnya saya sendiri pun juga tidak mengerti masnya ngomong apa. Walau masnya itu bicaranya pakai bahasa Indonesia.” begitulah jawab Link. Mas pemandu hanya bisa tertawa dan berkata “haduh~” saat mendengar jawaban Link. Karena aku dan Link adalah orang-orang yang tidak mengerti tentang batik sama sekali, jadi kami kesulitan saat menjelaskan kepada Emiko san. Apa kalian tahu, terkadang kami menjelaskannya dengan bahasa tubuh (acting). Entah kenapa waktu itu kami tidak merasa malu saat diketawain sama mas pemandu. Kalau di ingat-ingat lagi…. aku bego juga ya?

Astaga! hampir saja lupa! selain berkeliling di tempat pameran batik, mas pemandu juga mengajak kami melihat-lihat proses pembuatan batik. Saat memasuki ruangan, hawanya langsung berubah menjadi panas. Dan di mana-mana tercium aroma malam (lilin yang khusus digunakan untuk membuat batik). Itu adalah tempat pembuatan batik terbesar yang pernah kulihat. Hari itu, aku banyak sekali mendapatkan pengetahuan baru. Dan ini semua berkat Emiko san. *Emiko san Arigatou gozaimashita!

*Terimakasih banyak Bu Emiko.

image

Hisashiburi!

Hari ini, tiada hujan tiada angin.. Tapi, ada angin ribut dateng. Yah, siapa lagi kalau bukan Link. Tanpa aba-aba terlebih dahulu, tiba-tiba saja dia datang ke rumahku dengan rusuhnya. Kenapa bisa begitu?? begini lah ceritanya.

Jadi, teman kami yang bernama Nakai Emiko datang lagi ke Jogja. Kemarin, Emiko san update status di FB, kalau dia akan berangkat dari Jepang pada malam hari, dan akan sampai di Jogja pada sore harinya. Lalu, di hari ini, saat aku membuka twitter, secara tidak sengaja aku membaca statusnya. Dia bilang kalau dia sudah sampai di Jogja. Aku yang sudah mengetahui kalau Emiko san akhirnya sampai di Jogja berpikir mungkin, besok kali ya, baru ketemu. Habis, gak mungkin kalau ketemu hari ini. Selain udah malem, pasti Emiko san juga capek. Lagian, Link juga belum tahu. Mungkin aku sms dia sekarang kali, ya? begitulah pikirku. Baru saja aku mau ngetik sms ke Link, tiba-tiba dia mengirimiku sms. Begini isi smsnya

Link: chan ke hotel skrg, emiko udah dtg nih
ak otw kesana skrg dari kantor

HAH?! sekarang? gak salah nih?? mana ada motor sekarang! BTW… ternyata dah tahu to? Terus, akhirnya aku bales begini deh smsnya

Aku: Ak gak da motor link…

Link: waduh, ak jg boncengin tmnku nih, dia lg nginep tmpt ak soalnya -________-

mmm… sepertinya Link sedang ribet nih.

Aku: Haha.. yaudah, u ma tmn u j… ak ttp slm j…

Waktu itu, aku pikir Link akan bertemu dengan Emiko san bersama temannya itu. Jadi aku santai-santai saja di rumah, gelundungan gak jelas. Tapi, 5 menit kemudian……

Link: km dimana chan? kalo ak jemput di daerah pom bensin tamsis gmn? minta anterin adekmu gt ke pom?

Aku: Aku drmah tamsis… di rmh q gak da org… cm ak nenek dan kakekku… (-_-;)

Setelah sms itu aku kirim, aku tidak mendapat sms balasan lagi dari Link. Mmm… mungkin sama temennya kali ya? begitulah pikirku. Aku pun kembali gelundungan gak jelas, sambil twitteran sama Titis. Entah kenapa, lama-lama perasaanku jadi tidak enak. Aku jadi kepikiran tentang Link. Gimana ya, si Link jadinya? kok ngganjel gini ya? Saat aku sedang berpikir seperti itu, entah kenapa seperti ada sesuatu yang mendorongku untuk berganti pakaian. Benar saja, sesudah berganti pakaian aku mendengar suara motor matik berhenti di depan rumah. “Permisi, Chandranya ada?” Yak! itu adalah suara Link! Begitu mendengar suaranya, aku langsung keluar kamar. “Iya, Link! bentar!” Link yang melihatku belum siap, terus-terusan berkata “cepat-cepat! ayo cepetan, chan… cepat-cepat.” sambil berjalan menuju kamarku. Kalian tahukan, kalau orang diburu-buru itu bagai mana tingkahnya? rusuh kan jadinya?

Singkatnya, aku akhirnya pergi menemui Emiko san ke hotel dengan penampilan seadanya. Rambut gak disisir, selain itu juga sedikit lepek, muka berminyak karena belum cuci muka, kulit kering, belum pakai hand & body lotion, badan sedikit keringetan dan belum pakai parfum, pokoknya ancur deh untuk dilihat. Masa bodoh deh, apa kata orang nanti. Habis mau bagai mana lagi, namanya juga diburu-buru. Oiya, hampir lupa! gara-gara itu juga aku lupa bawa dompet. Sesampainya di hotel, kami melihat Emiko san sudah berdiri menunggu kami di depan hotel. Kami turun dari motor, lalu Emiko san menghampiri kami. Setelah mengatakan say hello, kami berpelukan. *”waaaa~ hisashiburi!”

Emiko san pun mengajak kami masuk ke dalam hotel tempat ia menginap. Kami tidak begitu banyak mengobrol, karena kami tidak tahu harus berkata apa. Selain itu, kami juga sudah lupa dengan bahasa Jepang yang selama ini kami pelajari. Oh my god!! suasana saat itu sedikit canggung karenanya. Kami berusaha mencari topik pembicaraan, tapi itu tidak berhasil mencairkan suasana. Setiap kami berusaha mengawali topik pembicaraan, itu akhirnya berhenti di tengah-tengah dan suasana menjadi sunyi kembali. ~Shiiiiiiinnnn~ begitulah. Yaelah, gagal lagi deh! pikirku. Aku berusaha mencari topik pembicaraan lagi, tapi otakku tidak bisa menemukan topik yang bagus. Aku berusaha berpikir dan berpikir. Tiba-tiba, Emiko san berdiri dari duduknya dan berkata **”chotto matte.” lalu berjalan masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian, dia kembali lagi dengan membawa tas plastik berwarna coklat. “ini ada sedikit oleh-oleh.” Emiko san berkata demikian dengan bahasa Indonesia yang sedikit kagok (kaku). Eeehhh??? mampus lah kau, malah dikasih oleh-oleh. Bingung nih, apakah aku harus seneng atau nggak? Mana kemarin dia ulang tahun pula! Jadi gak enak hati aku. Wah, harus ngajak Link nih, untuk ngasih kado. Saat itu aku benar-benar gak tahu harus bersikap seperti apa. Seneng sih seneng saja, karena dapat oleh-oleh. Tapi kan…….

Oiya! gara-gara lupa bahasa Jepang, kami saling melempar jawaban tentang pertanyaan “apa itu public rilation?” yang sempat ditanyakan Emiko san kepada Link. Mungkin, Emiko san terheran-heran dan bingung, melihat kami saling melempar jawaban. Dia hanya bisa tersenyum, menunggu jawaban dari kami. Pasti kami terlihat bodoh sekali waktu itu. _| ̄|○

Ok, kita persingkat aja! Malam ini, kami makan bersama di sebuah restoran, dekat hotel Emiko san menginap. Restoran itu bernama Gulai Kepala Ikan. Yah.. cuma tinggal nyeberang jalan aja kok ke sananya. Karena aku sudah makan, jadi hanya pesan minum saja. Saat menunggu makanan tiba, entah kenapa Emiko san bertanya tentang pacarnya Link dan setelah bertanya itu kepada Link, dia ganti menanyaiku. Belum sempat aku menjawab, Link tiba-tiba menyerobot dan seenaknya berbicara. “Ada-ada!! pacar Chandra orang Jepang. Namanya Sei! tapi sekarang dia sudah kembli ke Jepang. Bla bla bla…” Waktu mendengar itu, Emiko san sepertinya percaya saja dengan apa yang dikatakan Link. Anjrit!! Sialan nih, si Ling long. Malah nyebar-nyebar fitnah gak jelas. Dengan segera aku berusaha menjelaskannya kepada Emiko san, tentang semua itu. Tapi sialnya, Emiko san hanya tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala. Aaaa!!! jangan-jangan Emiko san udah kehasut omongan Link, nih! terus gak percaya sama aku! mampuslah kau! Aku semakin panik dan berusaha menjelaskan sekali lagi. Tapi, Link terus saja ngoceh sembarangan. Rasanya aku ingin sekali marah sama Link, tapi tidak bisa karena ada Emiko san di situ. Alhasil…. “Terserah loe deh, Link. Sial.” Begitulah.

Selesai makan, kami kembali lagi ke hotel. Dan setelah beberapa menit berada di kamar Emiko san (karena membantu memasang perdana baru), kami pamit pulang. Untuk Emiko san, terimakasih sudah mentraktir kami makan dan juga untuk oleh-olehnya! maaf karena kami tidak bisa membalas lebih, apa yang sudah Emiko san berikan kepada kami! \(^u^)/

*Waaa… sudah lama tidak bertemu.
**Tunggu sebentar.

image

Kekonyolan

Berawal dari sinyal internet yang sejak pagi tadi error, hari yang tadinya biasa-biasa saja, kini berubah menjadi hari yang menyenangkan.

Seperti hari-hari biasanya, aku selalu tidur jam 04.00 pagi dan bangun jam 02.00 siang. Yah… bahkan terkadang aku sampai tidak tidur. Aku adalah salah satu dari beberapa orang yang menderita gangguan tidur. Setiap malam, aku selalu saja terjaga. Awalnya sih tidak apa-apa. Tapi, lama-lama kebiasaan ini jadi menggangguku. Ok, kita lewatkan pembicarsan ini.

Hari ini, aku terbangun lebih awal dari pada biasanya. Itu disebabkan oleh sebuah serangan yang dilakukan sama keponakanku. Pagi tadi, mungkin sekitar jam 09.30, mereka main ke rumah. Dengan seenaknya, mereka masuk ke dalam kamarku dan mengganggu tidurku. “TANTE BANGUN!! AYO BANGUN, TE!!” mereka meneriakiku tanpa henti, sambil menggoncang-nggoncangkan badanku. “mmm… udah bangun.” dengan mata yang masih terpejam aku menjawab. “Belum! itu, tante masih bobok. Ayo te, bangun… jemput om arfa!” mereka terus saja ngoceh. Walau pun begitu, aku tetap diam. “iiih!! tante, bangun! disuruh jemput om arfa!” karena sudah gak tahan lagi, aku pun menyerah. “iya.. iya! ni, tante bangun!” mengetahui aku sudah bangun, mereka berdua bersorak gembira lalu pergi keluar kamar. Hmmm… namanya juga masih ngantuk, aku kembali merebahkan badanku. Untuk sesaat aku tertidur kembali. Mungkin karena tahu aku tidak kunjung keluar dari kamar, mereka kembali lagi membangunkanku. “Tante itu nakal! itu lho, disuruh jemput om arfa, te.” lagi-lagi mereka melakukan hal sama dengan yang mereka lakukan beberapa waktu lalu. “mmm… ntar juga om arfa pulang sendiri~” dengan setengah sadar aku menjawabnya. “Tante!! bangun!! bangun!! bangun!!” mereka terus menerus meneriaki sambil menggoncang-goncangkan badanku. Kali ini aku sudah gak tahan lagi. Aku benar-benar menyerah, dan benar-benar terbangun. Aku kalah sama kegigihan mereka berdua. Ya, mereka adalah anak-anak dari kakak sepupuku. Nawang dan Aila namanya. Nawang adalah kakak sepupu Aila (walau umur Aila lebih tua dari Nawang). Meski kamarku berantakan kayak kapal pecah, entah kenapa mereka berdua suka sekali masuk ke kamarku. Kenapa?? Hmmm… aku sendiri juga tidak tahu kenapa. Ok! lanjut~

Aku bangun lalu segera pergi gosok gigi dan cuci muka, sebelum menjemput adik sepupuku yang bernama Arfa. Arfa berumur sekitar 5/6 tahun?? mmm… aku lupa. Arfa masih duduk di bangku TK. Walau sudah masuk di kelompok B, dibandingkan dengan kakak-kakaknya dulu…. dia yang paling parah (belum siap masuk ke SD). Nah, sebenarnya urusan jemput menjemput ini adalah tugas nenekku. Tapi, karena nenekku sedang sakit, jadi akulah yang menjemput. Jam menunjukkan pukul 10.20 pagi. Allahuakbar! aku kelamaan. Dengan tergesa-gesa aku segera memakai jaket dan berganti celana. Saat aku selesai dan keluar kamar, Arfa muncul dari pintu belakang. Sambil menangis, ia marah-marah dengan terus berkata “KOK AKU ENGGAK DI JEMPUT, TO?!!!!!” O O! gawat! ternyata aku kelamaan dandannya. Selama beberapa saat si Arfa mengamuk. Nenekku dan aku kuwalahan menanganinya. Sampai pada akhirnya ayahnya datang menjemput dan mengajaknya pulang. Saat itu, barulah ia berhenti mengamuk. Eiiittss… jangan salah paham dulu! Arfa berhenti mengamuk bukan karena ayahnya datang. Tapi, karena ayahnya saat itu menjanjikan akan membelikannya sebuah kaset CD ultraman kesukaannya. Yah.. begitulah Arfa, kalau setiap dia mengamuk dan susah untuk dikendalikan, dia akan meminta denda terlebih dahulu kepada siapa saja, lalu barulah dia tenang. Huuh, dasar bocah.

Setelah Arfa pulang, aku masuk kembali ke dalam kamar dengan tujuan melanjutkan tidur. Baru saja aku memejamkan mata, tiba-tiba aku ingat akan email yang belum aku periksa. Singkat cerita, beberapa minggu lalu Shimizu sensei mengirimiku sms yang isinya adalah sebuah peluang pekerjaan di perusahaan Jepang milik temannya. Beberapa hari setelahnya, aku mengirim CV-ku ke alamat email yang sensei berikan. Sejak itu, sampai hari ini aku selalu lupa untuk mengecek kembali emailku. Oleh karenanya, begitu aku teringat akan email, dengan segera aku mengecek melalui HP. Eh??? kok…. Yah, error lagi nih internetnya! kok jadi lola dan suka ngeheng ya, halamannya? Karena tidak bisa lihat email lewat HP, aku menunggu ibuku pulang kerja terlebih dahulu, sebelum pergi ke warnet. Sekitar jam 2 siang, dengan diantar oleh ibu, aku pergi ke warnet. “yah! ternyata belum dibalas.” Tidak sampai 5 menit, aku selesai dengan urusanku. Aku pun mengajak ibuku pulang. Entah ada angin apa, ibuku tiba-tiba bilang “Udah? kok bentar?” aku yang mendengarnya sedikit heran. Biasanya, ibu selalu menyuruhku untuk segera pulang begitu urusanku selesai. Tapi ini…..

Karena bingung mau ngapain lagi, akhirnya aku mengajari ibuku membuat email dan FB. Sumpah!! melihat tingkah konyol ibuku yang saat itu baru pertama kali mencoba membuat email dan FB, aku tertawa terbahak-bahak. Bukannya marah karena aku ketawain, ibuku malah ikutan tertawa. Pokoknya saat di dalam box, kami berdua menjadi konyol deh. Kami menjadi rusuh sendiri, di waktu semua orang sedang tenang di dalam boxnya masing-masing. Kami berusaha menghentikan tawa, tapi usaha kami digagalkan oleh sebuah musik yang saat ini sedang populer. Harlem shake, itulah namanya. Musik harlem shake yang saat itu dengan kebetulan diputar sama petugas warnet, menambah tawaku semakin menjadi. Kenapa?? karena saat mendengar musik itu, aku sedikit menggila di dalam box. Ketika aku sedang beraksi, tiba-tiba ada orang yang lewat di depan box kami. Tanpa sengaja, dia melihat aksiku. Dan saat pandangan kami saling bertatapan, dengan reflek aku berhenti lalu kembali lagi duduk dengan tenang. Orang itu pun segera berjalan pergi, setelah langkahnya sempat terhenti untuk beberapa saat.
Ibuku yang menyadarinya berkata “kapok ra koe!” yang dalam bahasa Indonesia gaulnya berarti “mampus lah kau!” dan setelah berkata seperti itu tawa kami pun tambah menjadi.

Tidak hanya di warnet saja aku melakukannya, tapi di halaman depan rumah juga. Sepulang dari warnet, aku dan ibuku sempat mampir makan ke sebuah warung kecil di pinggir jalan. Letaknya sih tidak begitu jauh dari rumah. Setelah perut kenyang, kami pun akhirnya pulang. Sesampainya di rumah, ternyata listrik mati! Semua orang berkumpul di depan halaman rumah masing-masing, termasuk aku dan keluargaku. Karena jenuh mengobrol, kami pun bercanda. Candaan yang tak tahan lama itu, akhirnya terhenti. Waktu itu, aku berusaha untuk menghidupkan suasana lagi, agar tak jenuh. Oh iya! download lagu aja kali ya?! aku terpikir dengan musik itu. Setelah 5-6 menit menunggu download selesai, akhirnya inilah saatnya. 1 2 3! Aku pun memutar musik yang baru selesaiku download. Mbak Novi yang tadinya diam, tiba-tiba menjadi gila. Dia tertawa sambil menari-nari, begitu juga dengan kedua keponakanku. Nawang dan Aila. Aku dan Mbak Lia, yang tadinya hanya bisa melihat dan menertawai mereka, lama-kelamaan ikut beraksi. Kami tertawa dan menggila bersama. Bahkan saking gilanya, setiap ada orang yang lewat pun ikut kami tertawakan. Oiya! mbak Novi adalah kakak sepupuku, dan mbak Lia adalah ibu dari keponakanku yang bernama Nawang. Dia istri dari kakak sepupuku. Kembali pada topik. Kami menggila di bawah tiang lampu, yang ada di halaman depan rumah hingga lampu kembali menyala.

NB: Hanya tiang lampu di halaman depan rumah lah yang saat itu menyala. Mungkin, karena berbeda saluran kali ya??

image

Sepotong Kue Yang Berharga

Kemarin, ibuku pulang kerja membawa kue bika ambon. Setelah memotong-motong kue, ibuku mengambil beberapa iris kue dan memakannya di depanku. Aku yang saat itu sedang sibuk memandangi HP, entah kenapa, tanpa sadar melirik ke arah ibuku. “mmm… Enak.” itulah kata-kata yang diucapkan sama ibuku ketika ia tahu kalau aku sedang meliriknya. Saat itu aku berpikir apaan sih! Emang aku doyan? Sama sekali ENGGAK! Tanpa berkata apa-apa, aku mengalihkan kembali pandanganku ke HP.

Ketika malam aku sendirian di rumah. Adikku pergi dengan temannya. Ibuku pergi ke rumah tanteku yang berada di daerah pingit. Sepupuku yang biasanya tidur di kamar sebelah, sepertinya sedang berada di rumahnya. Malam itu, adalah malam terpanjang yang pernahku rasakan. Pada malam itu, aku merasa lapar sekali. Tak ada makanan dirumah, aku tak bisa masak, motor tak ada, uang pun tak punya. Lengkaplah sudah penderitaan saat itu. Perutku yang tadinya merengek, kini menjerit-jerit meminta makan. Meski begitu, tak ada lagi yang bisaku lakukan untuk membungkamnya. Aku hanya bisa pasrah, menunggu hingga esok tiba. Di waktu aku sedang gelundungan tak jelas, tiba-tiba aku teringat dengan kue bika ambon yang tadi siang dibawa oleh ibuku. Tanpa pikir panjang, aku mengambil dan segera memakannya. Entah karena efek kelaparan atau bukan, bika ambon itu rasanya enak sekali! Tanpa terasa, aku hampir saja menghabiskannya. Aku menyisakan sepotong bika ambon untukku makan besok pagi. Aku menyisakannya dengan tujuan ingin membuktikan rasa bika ambon itu. Apakah memang benar rasanya enak, atau rasanya enak karena itu efek kelaparan yang aku rasakan?

Di pagi hari, saat aku terbangun, aku teringat dengan sepotong bika ambon yang semalam aku sisakan. Segera aku bangun dari tidur dan mengambil kue itu. Sebelum membuka kardus, entah kenapa aku mengocok-ngocoknya. Aku sendiri tidak tahu apa yang aku pikirkan waktu itu, heran aku. Klutuk klutuk klutuk… Begitulah bunyinya. “Oh, masih ada.” lagi-lagi aku mengocoknya. Klutuk klutuk klutuk… Setelah puas mengocok-ngocok, aku membuka kardusnya. Saatku buka….. “argh!!!! Siaaal!!” ternyata, di dalam kardus yang berisikan sepotong kue bika ambon itu terdapat seekor cicak! Mmm.. Bagus! Begitulah pikirku. Kini, jatah sepotong bika ambonku telah direbut sama cicak yang tak tahu malu itu. Ah, menyebalkan sekali rasanya. Tahu begitu, aku kocok-kocok aja terus sampai si cicak KO!

Nasi telah menjadi bubur, aku hanya bisa duduk terdiam memandangi bika ambonku dan si cicak yang saat itu juga terdiam di dalam kardus karena mabuk.

Beberapa jam kemudian, adikku datang. Dia baru saja terbangun dari tidurnya. Dia masuk begitu saja ke dalam kamarku sambil celingukan. Kalau dilihat dari gerak-geriknya, sepertinya dia sedang kelaparan. Aksi celingukan adikku itu terhenti, saat ia menemukan sebuah kotak yang bertuliskan “kue bika ambon” yang terlantar di lantai kamarku. Tanpa menaruh rasa curiga, adikku segera memungutnya. Melihat kejadian itu, aku diam saja. Aku sama sekali lupa, kalau kue itu sudah tercemar. Perasaan tak enak datang merasuk ke dalam pikiranku. Aku berusaha mengingatnya, tapi gagal. Dan ketika adikku akan memakan bika ambonnya, tiba-tiba aku teringat kembali. “Aaaa!! Jangan dimakan!” walau aku sudah berkata seperti itu, adikku tetap saja memakannya. “Iiihhh, udah dibilang jangan dimakan! Masih aja dimakan!” aku memperingatkannya untuk kedua kali. Tapi, adikku masih saja tetap memamahbiak. “Itu tadi udah dimakan cicak! Awas lho, ntar kamu bisa panuan kalo makan sisanya cicak!” apa kalian tahu, adikku berkata apa setelah mendengar peringatanku yang ketiga kalinya? Dia bilang “mana cicaknya? Kan aku gak lihat” sambil terus memakan bika ambon itu sampai habis! OMG! Begonya adikku! (|| ゚Д゚)
Saat itu hanya itulah kata-kata yang terlintas dalam benakku.

image